Kamis, 22 Desember 2011

Askep Tumor Otak; Tumor Intrakranial

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR OTAK (TUMOR INTRAKRANIAL)


Konsep Dasar
1. Pengertian.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul. 

2. Penyebab
Tumor intracranial primer atau neoplasma berasal dari sel intrinsic jaringan otak dan berasal dari kelenjar pituitary dan kelenjar pineal. Sedangkan tumor sekunder atau metastasis juga beperngaruh pada tumor intracranial. Tumor intracranial primer dibagi atas dua yaitu tumor intraserebral primer dan tumor ekstrasebral primer.

3. Type tumor otak
Tumor intraserebral primer :
a. Glioma : astrocytoma, oligodendrogliomas, ependymomas, medulloblastoma dan glioblastoma.
Terdapat pada jaringan konektif otak, infiltrasi terutama pada jarinan hemisfer serebral, berkembang cepat.
Tumor ekstraserebral primer :
a. Meningioma.
Terdapat pada lapisan meningeal yang menutupi otak. Biasanya beningna tapi bias berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi  serebelar.
b. Tumor pituitary.
Terdapat pada berbagai jaringan.
c. Neuroma.
Berasal dari sel Schwann pada saraf cranial ketiga. Mulanya benigna kemudia berubah menjadi maligna.   
Tumor metastase
Sel kanker menyebar ke otak via system sirkulasi, pembedahannya sulit, dan prognosis jelek. Metastase dapat terjadi pada epidural, meningeal atau parenkim otak.
4. Patofisiologi
Gejala tumor intracranial dapat memberikan efek local ataupun efek general. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). Ada juga yang menekan secara langsung pada struktur saraf menyebabkan degenerasi dan interferensi dengan sirkulasi local. Bisa timbul edem local dan jika lama maka mempengaruhi fungsi jaringan saraf.
Suatu tumor otak sesuai type dimana-mana pada rongga cranial bias menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Bila tumor berada di ventrikel maka dapat menyebabkan obstruksi. Bila edema meningkat maka suplay darah ke otak menurun dan karbondioksida tertahan. Pembuluh darah dilatasi untuk meningkatkan suplay oksigen darah. Hal ini malah akan memperberat edem.
Papilledem merupakan efek general dari peningkatan tekanan intracranial dan sering sebagai tanda terakhir yang timbul. Kematian akibat kompresi batang otak.
  
5. Komplikasi :
a. Edema serebral 
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain.

6. Studi diagnostic dan hasil.
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.

7. Manajemen medis.
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau kombinasi ketiga – tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik. 

Asuhan Keperawatan Tumor Otak
1. Pengkajian.
a. Gangguan fokal neurologis. Pada lobus frontal terjadi gangguan kepribadian, gangguan afek, disfungsi system motor, kejang, aphasia.. Pada presentral gyrus dapat ditemukan kejang Jacksonian. Pada lobus oskipital terjadi gangguan penglihatan, dan sakit kepala (headache). Lobus temporal bias terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan atau gustatory dan kejang psikomotor, aphasia.. Pada lobus parietal dapat ditemukan ketidakmampuan membedakan kiri – kanan, deficit sensori (kontralateral). 
b. Meningkatnya TIK : letargi, HR menurun, tingkat kesadaran menurun, papilledem, muntah proyektil, kejang, perubahan pola napas, perubahan tanda vital.
c. Mentasi. Perubahan kepribadian, depresi, menurun daya ingat dan kemampuan mengambil keputusan.
d. Disfungsi pituitary. Syndroma cushing, akromegali, giantisme, hipopituitarisme.
e. Nyeri. Headache persisten.
f. Aktivitas kejang. 
g. Status cairan. Mual dan muntah, urine output menurun, membrane mukosa kering, turgor kulit menurun, serum sodium menurun, BUN, Hb, Hct, hipotensi, takikardi, berat badan menurun.
h. Psikososial. Marah, takut, berkabung dan hostility.
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
b. Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
e. Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi.


3. Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan rambut, dan perubahan struktur dan fungsi tubuh.
Pasien mengekspresikan gambaran diri yang positif dengan criteria pasien menerima perubahan pada body imagenya. 1. Kaji reaksi pasien terhadap perubahan tubuhnya.
2. Observasi interaksi social pasien.

3. Pertahankan hubungan terapeutik dengan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi terbuka dengan petugas kesehatan atau orang penting lainnya.
5. Bantu pasien menemukan koping yang efektif tentang body image. Menentukan reaksi pasien terhadap perubahan body imagenya
Withdrawl social bisaa terjadi karena penolakan.
Memfasilitasi suatu hubungan terapeutik yang terbuka
Ekspresi ketakutan secara terbuka dapat mengurangi kecemasan

Membantu pasien menemukan strategi koping yang dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan
Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian pasien.
  Pasien dan keluarga mampu ekspresikan rasa berkabungnya dengan criteria perasaan pasien dan keluarga tentang rasa berkabungnya diekspresikan dengan tepat. 1. Kaji reaksi pasien dan keluarga terhadap diagnosis.
2. Anjurkan pasien untuk ekspresi perasaan secara terbuka.
3. Antisipasi perasaan pasien akan kemarahan dan ketakutannya.
4. Bantu pasien mereview pengalaman masa lalu

5. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam ADL
6. Rujuk pasien dan keluarga kepada kelompok pendukung. Menentukan proses berkabung dan strategi koping yang digunakan.
Mengurangi kecemasan dan ketakutan.

Perasaan bimbang (tak menentu) bisa muncul setelah shock akan diagnosis
Membantu pasien menemukan koping mekanisem
Mengurangi perasaan ketidakberdayaan.

Kelompok penduduk dapat membantu dalam hal support emosional
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.
  Integritas kulit pasien dipertahankan dengan criteria kulit tetap intak, tidak ada kemerahan atau kerusakan. 1. Kaji integritas kulit tiap 4 jam


2. Pertahankan kulit bersih dan kering, gunakan sabun dan air untuk memandikan pasien.
3. Reposisi pasien setiap 2 jam

4. Anjurkan untuk intake cairan dan nutrisi yang adekuat. Merah, kering, dan luka dapat terjadi pada daerah radiasi, kemoterapi bias menyebabkan rash, hiperpigmentasi dan kehilangan rambut.
Mencegah kerusakan kulit

Meningkatkan sirkulasi dan mencegah luka tekan
Dehidrasi dan malnutrisi dapat meningkatkan resiko berkembangnya luka tekan.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan sakit kepala yang hebat dan efek samping pengobatan.
  Pasien bebas nyeri dengan criteria melaporkan tidak ada ketidaknyamanan, tidak meringis, menangis, tanda vital dalam batas normal, berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat. 1. Kaji lokasi, dan lamanya nyeri kepala dan nyeri insisi tiap 2 jam.

2. Atur pmberian analgesic/narkotik
3. Berikan kenyamanan pada pasien Perubahan yang mendadak atau nyeri hebat dapat menunjukkan TIK meningkat dan harus dilaporkan ke dokter.
Narkotik memberikan efek sedative.
Menghilangkan ketidaknyamanan dan kecemasan.
Resiko tinggi volume cairan menurun berhubungan dengan efek samping kemoterapi dan terapi radiasi.
  Keseimbangan cairan yang adekuat dipertahankan dengan criteria intake dan output seimbang,  turgor kulit dan membrane mukosa lembab, serum elektrolit, Hb, Hct, dan tanda vital dalam batas normal 1. Kaji turgor kulit, membrane mukosa, haus, tekanan darah, HR, monitor serum elektrolit, albumin dan CBC.
2. Monitor intake dan output

3. Anjurkan intake yang adekuat. Atur pemberian cairan per iv sesuai order
4. Atur pemberian antiemtek sesuai order. Menentukan status dehidrasi.


Muntah dapat terjaid pasien dengan  kemoterapi dan tera[I radiasi
Membantu mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Mengurangi mual dan muntah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket